5 Life

Informasi terupdate online di dunia terbaru

Taman Jurug Menyimpan Sisi Sejarah Keraton Surakarta

Taman Jurug didirikan pada tahun 1972, sebagai sarana hiburan dan rekreasi bagi warga Solo dan sekitarnya. Sebelum dijadikan Taman Satwa, kawasan Jurug merupakan taman biasa dengan fasilitas permainan anak-anak.

Kawasan Jurug merupakan kawasan asri yang banyak tumbuh pohon-pohon besar. Habitat terbanyak adalah pohon Pinus dan Trembesi. Terletak di sisi timur Kota Solo, persis di pinggir Sungai Bengawan Solo, merupakan daya tarik khas dari Taman Jurug.

Berubah nya Taman Jurug menjadi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) ditandai dengan kepindahan Kebun Binatang Sriwedari ke Jurug pada Tahun 1986. Taman Sriwedari merupakan sebuah taman sekaligus kebun binatang yang didirikan Pakubuwono X pada tahun 1870.

Setelah wafatnya beliau, Taman tersebut kurang terurus dan terawat. Sampai akhirnya diambil alih Pemerintah Kota Surakarta dibawah naungan Yayasan Bina Satwa Taruna.

Karena berbagai pertimbangan, Taman Sriwedari atau Kebun Binatang Sriwedari yang terletak di pusat Kota Solo akhirnya di relokasi ke Taman Jurug. Pertimbangan utama adalah lahan di Jurug yang sangat luas dan terletak di pinggiran kota yang masih asri. Sehingga sanggat mendukung bagi kesehatan hewan.

TSTJ memiliki koleksi binatang yang cukup lengkap. Sepanjang area dari satu kandang hewan ke kandang lainnya, dihiasi dengan taman dan arena bermain anak. Tidak ada terik matahari yang menyengat di tempat ini, karena semua area dilindungi dengan habitat tanaman besar.

Setiap hari libur nasional, sering diadakan kegiatan-kegiatan budaya. Seperti Reog maupun Jaran Dor, di samping pagelaran musik dangdut dari grup lokal maupun yang sudah mempunyai nama.

Tempat ini juga cocok dijadikan sarana pendidikan bagi anak-anak usia dini dalam mengenal jenis flora dan fauna. Bahkan pendidikan geografi pun bisa kita kenalkan ke anak lewat aliran Sungai Bengawan Solo yang bisa dilihat dari tepi sungai.

Jejak Sejarah Peninggalan Keraton Surakarta

Jika kita akan masuk ke gerbang utama Taman Satwa Taru Jurug, hal yang pertama kita lihat adalah sebuah gapura peninggalan Pakubuwono X. Gapura yang terletak di jalan Ir Sutami itu berdiri megah dikedua sisi jalan, sebelah utara dan selatan.

Gapura yang merupakan batas wilayah Keraton Solo di sisi timur tersebut, sampai saat ini juga dijadikan batas oleh Pemerintah Kota Surakarta. Seratus meter ke arah timur, tepatnya setelah melintasi jembatan jurug, sudah masuk wilayah Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.

Sungai Bengawan Solo didekat TSTJ ini dilintasi oleh tiga jembatan. Salah satu jembatan adalah peninggalan jaman Belanda, yang sekarang difungsikan hanya untuk sepeda motor.
Bukan saja gapura yang mengiringi sejarah TSTJ. Di dalam area TSTJ sendiri, terdapat peninggalan sejarah yang belum banyak diketahui media.

Di situ pernah terdapat sebuah pesanggrahan peninggalan Keraton Solo berupa bangunan seperti cungkup seluas 30 meter persegi. Tetapi sayangnya, bangunan tersebut sekarang sudah dirobohkan dan tidak berbekas.

shinta

Kembali ke atas